CURHATAN

catatan ngaco – kurbannya mahasiswa

udah nyiapin duit buat beli ane, gan?

nak, Tuhan memerintahkanku memotong uang bulananmu,
kalang kabutlah kita pemuda jaman sekarang jika itu keluar dari mulut orang tua kita,

nak, Tuhan memerintahkanku untuk tidak mengirim uang bulanan untukmu,
apalah reaksi kita jika mendengar kabar ini dari orang tua,

Ismail menjawab, “wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaaLlah aku termasuk orang-orang yang sabar,” ketika Ibrahim, sang ayah berkata, “nak, sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. maka pikirkanlah apa pendapatmu?

Nah, gak relevan ya?
Hha. Dipaksain aja deh ya. Soalnya kenyataannya gitu kan, ya? Gak semuanya gitu sih, tapi kenyataan kalau sangat susah menemukan seorang pemuda yang sebegitu patuhnya kepada orang tua dan Tuhannya tidak bisa disangkal, bukan?

Ikut jadi panitia kurban di kampus tahun lalu memberikan pemahaman berharga. Ada kawan-kawan yang sangat bersemangat mengajak teman-temannya mengumpulkan uang sepuluh ribuan untuk belajar berkurban bersama. Ada yang semangat juga menyebarkan ajakan berkurban pada dosennya. Ada juga yang, ini nih yang bikin penasaran, berkurban atas nama pribadinya sendiri dengan uang pribadi. Mahasiswa, sudah bisa berkurban sendiri? Keren!

Setelah dipikir-pikir, semua orang sangat mungkin dan bisa berkurban kok. Mari ambil standar hidup mahasiswa kelas menengahlah –ini perkiraan saja. Anggaplah dapat uang bulanannya 800ribu. Per minggu 200ribu, per hari sekitar 20ribu untuk 3 kali makan. Sisa 60 ribu, buat jajan sama pulsa seminggu.

Bayanginlah kalau yang sisa buat jajan dan pulsa itu jadi 25ribu aja. Jajan 10ribu, pulsa 15ribu seminggu. Dicukup-cukupin dululah. 35ribunya ditabung (5ribu per hari). Berapa hari yang dibutuhkan buat beli 1 ekor kambing kurban? Ambil kambing yang harganya 1.500.000 deh, butuh 300 hari a.k.a 43 minggu a.k.a 10 bulan. Gak sampai setahun tuh! Ini udah pake hitung-hitungan yang mepet banget lagi. Yakin deh, banyak mahasiswa yang uang jajannya lebih dari itu, bisa nabung 10ribu per hari aja misalnya, udah tinggal butuh waktu 5 bulan tuh. Dapet kambing yang lumayan tuh harga segitu. Tahun kemaren ada yang 1,1 juta kok.

Atau, sekarang liat deh fasilitas di tangan. Buat yang punya gadget dulu nih, kumpulin gadget yang dimiliki sekarang, ada kan yang harganya lebih mahal dari seekor kambing kurban? Minimal setelah dikumpulin semua gadget yang ada, harganya lebih dari cukup buat beli kambing kurban, kan? Ini gak nyaranin jual gadget buat kurban kok, ngajak liat-liat bentar doang.

Hm, pengeluaran yang paling merata di antara manusia deh: pulsa. Kalau diitung-itung, setahun bisa buat beli berapa ekor kambing coba? Ada yang sampai 5 ekor? Oke, diturunin, 4 ekor? 3 ekor? 2 ekor? 1 ekor? Ternyata cukup ya buat beli kambing? Hhe.

Tinggal niat sih intinya, mau apa nggak. Mari berdoa, semoga tahun ini dimudahkan untuk berkurban.

CURHATAN

segera nulis!

Ini posting agak ngaco. Saya kasih tahu di depan ya, jadi kalau nerusin baca jangan nyesel. Tulisan ini ngaco dilihat dari sebab dan akibatnya.

sebab
Ide numpuk nih di kepala. Mulai dari pengalaman pas balik ke kalimantan kemaren udah ada ide buat nulis, sampai akhirnya banyak banget pengalaman selama di kopassus yang kayaknya sayang kalau nggak di share. Gitulah kalau ide gak langsung ditulis. Terus pas nulis sambil ragu-ragu lagi, kebanyakan ngedit. Gak boleh gitu sebenernya. Nulis aja dulu, nuliiiiiis. Ngedit itu kerjaan nomer berapalah ntar.

akibat
Ide banyak. Malah nulis ginian. Akibatnya ya gak jadi nulis yang numpuk itu. Hm, tapi gak papa lah, pemanasan. Abis ini janji minimal satu selesai. segera nulis, nulis segera!

CURHATAN

tegas minimalis: masjid markas kopassus

lambang kopassus

Beberapa hari di Markas Kopassus (Makopassus) Cijantung –gak jadi sampai seminggu- saya menikmati akomodasi standar pelatihan. Tempat tidur massal -barak, kamar mandi penuh antrian -ada yang massal juga, jemuran di lantai lima, dan mushalla seadanya -kadang shalat di barak aja. Makanan? Enak kok menunya, tapi waktu makannya dibatasi, lima menit, dua menit, bahkan satu menit -meskipun yang ini kayaknya ngitungnya diperlambat kemaren- jadilah menu yang enak itu tidak bisa dinikmati.

Shalat sih yang agak kurang enak di situ. Secara waktu istirahat buat shalat Zhuhur sama Ashar itu sempit dan udah lewat awal waktu, jadilah sering shalat dengan badan yang habis disuruh push up sama dilatih PBB, di barak, di celah sempit antar velbed. Di mushalla lantai lima agak enakan, anginnya sepoi-sepoi gitulah, bikin adem.

Terus shalat Jumat kemaren gimana? Di situ juga?

Gak lah, khusus hari Jumat, latihan pagi berakhir jam sebelas. Ada waktu buat persiapan mandi dan kali ini berangkat ke masjid makopassus. Pertama kalinya nih shalat di sini. Gak ada ekspektasi macam-macam sih pas berangkat ke sana. Tapi pas masuk, wah, halamannya luas, ijo, sama ada beberapa pohon gede yang menggoda untuk shalat di halaman aja.

“Para jamaah dan mahasiswa diharapkan untuk mengisi shaf yang kosong di dalam masjid terlebih dahulu,” kata takmir masjid. Jadilah batal shalat sambil ngadem di halaman masjid.

Tapi gak nyesel deh masuk masjidnya, adem juga plus bisa lihat desain masjidnya. Salah satu hobi natural saya adalah mengamati desain sesuatu, apa aja. Masjidnya kopassus banget lah. Minimalisnya dapet, tegas, alias patah-patah kalau istilah Pelatih Kasnari.

Dinding yang mengelilingi masjid ini berupa kayu yang dipasang tegak dan mendatar dengan jarak sekitar 5-10 cm dan membuat pola lubang persegi panjang dengan warna hitam legam. Kesan tegas yang total didapat dari mihrab yang tidak berbentuk lingkaran seperti masjid kebanyakan, tapi menggambil bentuk segitiga. Dinding kanan mihrab ini dibentuk dari tiang-tiang beton berjarak -membuat sinar matahari bisa masuk, dan dinding kirinya full beton -tidak berlubang.

Hiasan atas mihrab juga tidak mengambil bentuk lingkaran. Kembali dengan desain yang patah, ada tiga sisi dengan sisi di tengah paling panjang dan menjorok ke depan. Ada kaligrafi basmalah di sini, lagi-lagi bukan dengan tulisan berkelok lembut seperti banyak kaligrafi di masjid-masjid. Kaligrafinya memakai jenis yang mengambil bentuk dasar kotak -lupa nama jenis khat apa. Totalitas banget ini patah-patahnya. Oh iya, buat yang memperhatikan detil kaligrafi ini, pasti bakal ngeh kalau titik di huruf nun sudah hilang –copot kayaknya, masih ada bekasnya.

Tahu lambang kopassus, kan? Mimbar masjid ini yang mengambil bentuk ramping tambah gagah ditambah dengan lambang kopassus di depannya. Ya itu tadi, semuanya kopassus banget.

Sayang kemaren gak bawa kamera ke masjid ini -ya niatnya cuma shalat sih. Kalau ada kesempatan main ke Cinjantung lagi, sepertinya masjid ini layak dipertimbangkan jadi tempat yang pertama disinggahi. Ambil fotonya lah nanti. InsyaaLlah.

Satu hal yang terlewat oleh saya, nama masjid ini apa ya?