PIKIRAN

Dialog Imajiner Ayah-Anak


Nak, tahukah kamu bagaimana Allah memerintahkan shalat?

“Aqiimuu…., dirikanlah, Yah,”
Benar, tentang zakat?
“Lanjutannya, Yah, wa aatuu…, dan tunaikanlah,”
Tepat, kalau tentang puasa masih ingat?
“Masih, Yah, kutiba alaikum… diwajibkan atas kalian,”
Haji, haji?
“Lupa, Yah,”

Itu, yang dulu kamu hafal ujungnya manistathaa’a ilaihi sabiila,
“Oh iya, aku inget, wa lillahi alan naas…. dan hanya mengharap ridha Allahlah diwajibkan atas manusia,
Mumtaz, kalau baca Quran?
“gampang, Yah, warattilil qur’aana tartiilaa… dan bacalah Quran, dengan tartil,”
Lengkap!
……………
Sekarang kita lanjut ya, siap-siap, ini agak beda.
Kalau bertransaksi kita gak boleh?
“Riba, Yah,”
Inget apa kata Allah?
“Hm… Agak lupa nih, cmiiw ya, Yah.”
Iya, icyiyw, I’ll correct you if you wrong, hhe (bantu ngulur waktu)
“He… hm… wa ahallallahul bai’a wa harramar ribaa.. dan Allah telah halalkan jual beli, juga telah Allah haramkan riba.”
Sip, apalagi yang ga boleh dalam jual beli?
“wailullil muthaffifiin…. Celakalah orang yang mengurangi timbangan!”
Eh, belum ditanya dalil, haha. tapi bener, tidak boleh mengurangi timbangan. 
Hm… apalagi ya. Oiya, kalau tentang emosi, Nabi pernah bilang apa?
“Nabi bersabda, Yah, laa taghdhab, jangan marah,”
Oiya, bersabda ya. hhe. 
Sekarang soal makanan, apa saja yang telah jelas Allah firmankan bahwa itu haram dimakan?
“Mayat, darah, daging babi, binatang yang disembelih bukan atas nama Allah,”
Lafazh Quran pengharamannya?
“Hurrimat ‘alaikum, Yah, diharamkan atas kalian….”
Apalagi yang gak boleh soal makan minum ini?
“Berlebih-lebihan! kata Allah, wa kuluu wasyrabuu wa laa tusrifu… makan dan minumlah kalian, dan janganlah berlebih-lebihan…”
Innallaha la yuhibbul musrifiin, sesungguhnya Allah tidak suka pada orang yang berlebih-lebihan. he 
“Hehehe, dilanjutin,
Nah, anakku, tahukah kamu tentang sebuah rahasia?
“Rahasia apa, Yah? Jelas gak tahu dong, Yah, kan namanya rahasia,”
Hhe, mau tahu gak rahasia yang ini? Tentang soal yang kita bicarain barusan,
“Mau, mau, Yah,”
Mau tau aja apa mau tau banget? hha
“Hahaha, cepetan, Yah,”
Oke-oke. Ayah tanya dulu,
“Yaaa, nanya lagi, hhe”
Kalau nyuruh shalat, puasa, zakat, haji, Allah pakai fi’il apa?
“Fi’il amr, Yah, kan perintah,”
Kalau soal selain itu tadi?
“Jangan marah, jangan berlebih, diharamkan, hm… fi’il nahi, Yah, sama ada fi’il madhi-nya, tapi tetep larangan sih intinya,”
Betul…. Itulah rahasianya, nak. kalau soal ibadah, Allah pakai kata perintah. Itu isyarat agar kita kalau ibadah itu nunggu/nyari perintah Allah dulu. kalau ada perintah, baru dilaksanakan. Jangan sekali-kali beribadah yang gak diperintahkan Allah. Beribadah buat siapa dong kamu?
“Iya ya, Yah. Terus hubungannya sama soal marah, bohong, riba, itu?”
Nah yang itu, itu kan bukan soal ibadah, kan? Biasanya ulama nyebutnya mu’amalah, interaksi kita sesama manusia. Kamu boleh jual beli apa aja dan gimana saja, asal jangan jual barang yang haram, asal jangan ada riba, asal jangan curang menimbang”
“Intinya? Keep it simple, Yah, itu isyarat apa?”
Oke-oke, itu isyarat bahwa dalam muamalah, yang harus kita perhatikan itu batasan-batasan. Kita bebas bergaul dengan siapa saja di muka bumi ini, bebas ngapain aja, tapi dalam bagian ini Allah ngaturnya di bagian yang yang tidak boleh kita lakukan. beda kalau soal ibadah tadi. See?
“Yeah, I see.”
*datang adzan subuh di hari minggu*
“Adzan tuh, Yah,”
Iya. Yang paling penting ini, Nak. Setelah kamu tahu ini, pilih dan lakukan apa yang menjadi keyakinanmu. Hormati keyakinan orang lain karena sejatinya kita masih dalam satu agama. Tidak ada hal dalam perkara ini yang membuat seseorang sampai menjadi kafir. Dan ingat, kurangi berdebat.
“Oke, Yah, aku duluan ya, temen-temen udah pada ke mesjid juga kayaknya,”
Oke
*salaman, lalu anak ini lari-lari ke mesjid, gaya khas anak kecil*
*ayahnya gak ikut lari*
*ah, kapan ya itu. mungkin saat dia sudah mulai mengenal banyaknya perbedaan pendapat dan sudah harus mengerti mana pendapat yang harus ditolerir. tentu, sekaligus mana yang tidak.