Kamu tahu, setiap orang punya takdir yang harus dijalani. Takdir yang menuntunnya pada pilihan dan takdir lain atas pilihannya itu. Kamu orang, bukan? Artinya, kamu juga memiliki keduanya. Takdirmu dan pilihanmu.
Perbedaan mendasar dari keduanya adalah kau tidak bisa tahu takdirmu. Tetapi kau bisa menentukan pilihanmu. Pilihan yang dengan pertimbangan logismu bisa mengantar pada takdir yang lebih baik. Setiap pilihan itu memiliki konsekuensi. Karena pilihan berarti mengambil, maka ada konsekuensi meninggalkan yang tidak kau pilih.
Pilihan itu menuntut konsistensi. Konsisten mengambil, konsisten meninggalkan. Susah memang, karena ketika kita menentukan pilihan sendiri, kita akan terus melihat bagaimana orang lain mengambil pilihannya masing-masing. Kamu tahu pepatah tentang rumput tetangga, bukan? Begitulah, kadang pilihan orang lain menggodamu. Terlihat lebih baik, lebih menguntungkan, dan lebih “wow!”.
Apalagi di jaman seperti sekarang. Semua orang berlomba menyampaikan pilihannya –mungkin sambil tidak sadar. Social media, blog, televisi, membuat mata kita semakin terbuka pada pilihan-pilihan orang lain. Bahkan bisa membuat pilihan-pilihan orang lain itu terlihat makin baik, makin menguntungkan, dan makin “wow!”.
Parahnya, semua itu bisa membuatmu lupa bahwa ketika kamu telah memutuskan untuk memilih ini, kamu telah menganggapnya sebagai pilihan paling baik, paling menguntungkan, dan paling “wow!” -mungkin dari sisi yang berbeda. Konsistenlah, meski konsisten bukan berarti tak boleh mengubah arah. Karena konsisten bukan pada arah atau gerak, tapi pada nilai. Kamu tentu tahu di mana bisa menemukan tolak ukur paling pas untuk nilai paling baik, paling menguntungkan, dan paling “wow!”.
Sekian dan terima koprol.