CURHATAN

pilihan -selftalk

Kamu tahu, setiap orang punya takdir yang harus dijalani. Takdir yang menuntunnya pada pilihan dan takdir lain atas pilihannya itu. Kamu orang, bukan? Artinya, kamu juga memiliki keduanya. Takdirmu dan pilihanmu.

Perbedaan mendasar dari keduanya adalah kau tidak bisa tahu takdirmu. Tetapi kau bisa menentukan pilihanmu. Pilihan yang dengan pertimbangan logismu bisa mengantar pada takdir yang lebih baik. Setiap pilihan itu memiliki konsekuensi. Karena pilihan berarti mengambil, maka ada konsekuensi meninggalkan yang tidak kau pilih.

Pilihan itu menuntut konsistensi. Konsisten mengambil, konsisten meninggalkan. Susah memang, karena ketika kita menentukan pilihan sendiri, kita akan terus melihat bagaimana orang lain mengambil pilihannya masing-masing. Kamu tahu pepatah tentang rumput tetangga, bukan? Begitulah, kadang pilihan orang lain menggodamu. Terlihat lebih baik, lebih menguntungkan, dan lebih “wow!”.

Apalagi di jaman seperti sekarang. Semua orang berlomba menyampaikan pilihannya –mungkin sambil tidak sadar. Social media, blog, televisi, membuat mata kita semakin terbuka pada pilihan-pilihan orang lain. Bahkan bisa membuat pilihan-pilihan orang lain itu terlihat makin baik, makin menguntungkan, dan makin “wow!”.

Parahnya, semua itu bisa membuatmu lupa bahwa ketika kamu telah memutuskan untuk memilih ini, kamu telah menganggapnya sebagai pilihan paling baik, paling menguntungkan, dan paling “wow!” -mungkin dari sisi yang berbeda. Konsistenlah, meski konsisten bukan berarti tak boleh mengubah arah. Karena konsisten bukan pada arah atau gerak, tapi pada nilai. Kamu tentu tahu di mana bisa menemukan tolak ukur paling pas untuk nilai paling baik, paling menguntungkan, dan paling “wow!”.

Sekian dan terima koprol.

CURHATAN

ke markas kopassus lagi [dua]

kembali lagi ke suatu tempat bisa memberi efek tertentu. apalagi jika tempat itu memiliki hal khusus -misalnya cerita- dalam hidup kita. markas kopassus di cijantung adalah salah satu tempat yang pernah saya singgahi dan apa saja yang dialami di sana patut diingat. mungkin bukan cuma buat saya, karena hampir semua alumni STAN ’09 mempunyai pengalaman yang mirip -untuk tidak menyebut sama- di tempat yang satu ini.

buat yang belum baca tulisan bagian pertama, silakan klik ke markas kopassus lagi.

di tulisan sebelumnya, ada flashback tiga kegiatan utama di makopassus: baris berbaris, makan, dan acara di ruangan. bener ini kan ya kegiatan utamanya? bukan tidur, tidur, dan tidur? gak lah ya. 🙂

apa sih yang didapat dari kegiatan utama itu -juga kegiatan lainnya di sana?

pertanyaan standar lah ya. tapi kali ini kita tidak akan berbicara bahwa dengan kegiatan-kegiatan itu diajari kedisiplinan, jiwa korsa, dan lainnya. disiplin dan jiwa korsa? lihat saja sendiri pada diri masing-masing, bagaimana setelah kembali ke habitat asli? nah, gak perlu diomongin, kan? 🙂

kembali ke pertanyaan, saya pikir jawabannya adalah selama di sana kita mendapatkan jiwa penurut kita. ya, kita tiba-tiba jadi nuruuuuuut banget -pas di sana. padahal, tentu kita akui ada jiwa pemberontak bahkan pembangkang dalam diri kita. minimal ada kecenderungan untuk melakukan sesuatu di luar perintah atau batasan tertentu, manusiawi. tapi di makopassus kemaren sikap penurut kita rising to the max, ya?

baris-berbaris.
semua aba-aba diikuti. ya iyalah ya. tapi kerennya itu, setiap ada kesalahan -yang bahkan tidak dilihat pelatih- adaaaa saja yang langsung turun mengambil jatah push up. keren nih. nuruuuut banget, kesadaran meningkat.

makan.
seandainya semua aba-aba di acara makan ini dianggap gak ada tujuannya, maka jadilah semua prosesi di dalamnya adalah prosesi aneh -kecuali berdoa. eits, perhatikan kalimatnya dengan benar ya, “seandainya”. duduk siap, makanan diluruskan, laporan, makan 5 menit -kadang sambil suap-suapan, kadang makan menunya satu-satu dan di akhir tinggal nasi putih, laporan lagi, dan selesai. semuanya kita ikuti. nuruuuuuut banget. sempet ribut di tengah makan, ditegur pelatih, dieeeeem.

acara di ruangan.
ini juga, perintahnya utamanya cuma satu: jangan ngantuk. maka digunakanlah segala cara biar gak ngantuk. apa aja? tergantung orangnya. apa aja ya? 🙂

begitulah, nuruuuuut banget!
terus, salah gitu kalau nurut?
ya gak lah. tapi saya mikir gini, kawan, kalau sama kopassus yang sama-sama manusia aja kita bisa nurut banget gitu, kenapa kadang sama Tuhan enggak? mungkin karena Tuhan gak akan nyuruh push-up, Tuhan gak bakal deh bentak-bentak. gitu ya?

denger adzan misalnya, itu panggilan shalat. kita? harusnya kan cepet-cepet juga. tapi? kadang cepet-cepet sih. 🙂

saya mikir gini, coba kalau dosa itu diganti sama push-up, bakal banyak manusia yang nurut kali ya? kalau sekarang kan dosa itu gak keliatan. jadi kadang lupa atau malah gak takut dosa. tapi ya, di sinilah ujian lagi buat kita. kita harus sadar, bahwa Tuhan punya cara yang berbeda, cara yang tentu bagian dari sifatNya: beda dengan segala ciptaanNya.

salah satu guru saya waktu kecil pernah bilang:
“kalau saja pahala itu ditampakkan seperti gunung emas dan dosa ditampakkan seperti harimau yang siap menerkam, maka tidak akan ada manusia yang mau berusaha untuk dunia. semuanya akan jadi ahli ibadah.”

CURHATAN

maaf, tolong jangan sampaikan ini pada siapapun

suatu saat, jika kau bangga dengan hasil usahamu. sampai kau kewalahan mengendalikan hatimu. lihat masa lalumu.
suatu saat, jika kau merasa baik. jika kau merasa kebaikanmulah yang membuat orang-orang mau berkawan denganmu. lihat dosa-dosamu.

karena di saat yang sama, kau harus sadar bahwa kau pernah berdosa. bahkan (mungkin) dosa besar.
kau tahu, meskipun (mungkin) sudah diampuni, kau akan tetap dicatat PERNAH melakukan dosa itu. yah, seperti kaca yang PERNAH pecah.
apalagi kalau itu ada hubungannya dengan manusia, maka ingat tiga poin pengait ini: PERNAH BERDOSA, kepada MANUSIA, dan itu sudah PERNAH DICATAT.

aaaah, jika kau dianggap baik oleh kawanmu, itu hanya karena Allah menutupi aibmu.
bayangkan jika semua dibuka. bayangkan jika semua orang-orang yang pernah kau berbuat salah padanya, mengumumkan pada dunia.

aaaah, ternyata kau dianggap baik, hanya karena ketika kau salah, kau sudah titip, “maafkan aku, dan tolong jangan sampaikan ini pada siapapun,”
yang baik itu bukan kau, tapi orang itu! dan orang lain yang mau jadi kawanmu.

 ————————————————————————————————————-
eh, ada yang baca. mari kuberi tahu satu hal, kawan.
jika kau mau berkawan dengan seseorang -apalagi itu aku, maka kau baik. karena kau tak pernah mencari-cari, aibku dan orang itu yang telah ditutupi Tuhan kita. 🙂