PIKIRAN

Argumentum ad Hominem

argumentum ad hominem. source: study.com

Logical fallacy atau cacat logika adalah ‘lubang’ dalam argumen/pendapat. Artinya, ada sesuatu yang kurang atau hilang dalam sebuah bangunan argumentasi. Jenis logical fallacy sangat banyak, namun yang paling populer adalah argumentum ad hominem ini.

ad hominem

Biasa disingkat ad hominem saja. Salah satu bentuk cacat argumen/logika yang mudah sekali ditemukan karena sangat sering digunakan. Cacat ini terjadi ketika seseorang berargumen bukannya tentang substansi diskusi/debat, tetapi malah membicarakan lawan diskusi/debatnya. Misalnya saat debat antara cebong sama kampret yang tadinya soal program, tiba-tiba kampret nyeletuk, “ah lu jarang sholat jamaah ya, pantes dukung Jokowi” atau si cebong yang nyeletuk, “gini nih kalau temenan sama yang suka kopar kapir, pemikiran lu jadi gini kan.”

Contoh lain di sebuah organisasi misalnya. Senior kalah debat sama junior, lalu bilang, “gue udah 10 tahun berorganisasi. Kamu baru mulai ini jangan sok tahu.” Kalau saya jadi juniornya, saya bilang, “maaf, bang, 10 tahun organisasi, gak belajar ad hominem?”

ciri ad hominem

Tidak semua ‘serangan’ pada pribadi lawan adalah ad hominem. Ciri utama ad hominem adalah tidak relevannya (tidak ada ‘hablum’nya) serangan dengan argumentasi yang sedang terjadi. Terlihat dari contoh di atas, tidak ada hubungan antara menjadi pendukung Jokowi atau Prabowo dengan karakteristik yang disebutkan. Karakterisasi pendukung kedua capres itu sendiri merupakan generalisasi yang merupakan jenis cacat logika lainnya. Jadi, ada dua cacat logika sekaligus dalam argumen tersebut; ad hominem dan generalisasi.

Contoh kedua agak tricky dan sangat tergantung pada adu argumen yang terjadi di antara senior-junior tersebut. Bisa jadi bukan ad hominem ketika yang jadi perdebatan adalah sebuah kejadian di 10 (sepuluh) tahun yang lalu.

manfaat serangan pribadi non ad hominem

Dalam dunia hukum kadang diperlukan serangan pada kualitas pribadi seseorang, misalnya di sebuah sidang pengadilan. Kita bayangkan sedang dalam sebuah pengadilan pidana dan kita sebagai Penuntut Umum (PU).

Saat seorang saksi yang meringankan terdakwa dihadirkan, kita perlu mengecek semua latar belakangnya. Misalnya ditemukan bahwa ternyata dia adalah saksi bayaran/palsu, hal ini harus dikemukakan. Hal ini bukanlah ad hominem karena serangan ini sangat relevan dengan aturan hukum acara pidana.

Contoh lain. Seorang dokter dihadirkan sebagai ahli yang meringankan terdakwa pembunuhan. Dokter tersebut berargumen bahwa kondisi jiwa terdakwa sedang tergoncang karena anaknya telah diperkosa oleh korban sehingga terdakwa membunuhnya (Pasal 49 KUHP – alasan pemaaf). PU bisa berargumen dengan membeberkan latar belakang si dokter yang telah menjadi ‘spesialis’ sebagai ahli meringankan dalam berbagai kasus pembunuhan jenis ini. Si dokter terlalu sering menjadi pembela terdakwa pembunuhan dengan argumen yang sama. Untuk menguatkan argumennya, PU bisa menyebutkan beberapa perkara di mana keterangan dokter tersebut ditolak dan pihak terdakwa kalah. Ini juga bukan ad hominem karena latar belakang tersebut akan sangat menentukan apakah keterangan ahli ini bisa diterima oleh hakim atau tidak.

Begitulah kira-kira sedikit yang bisa dibagi tentang ad hominem. Semoga bermanfaat. Tabik.

2 thoughts on “Argumentum ad Hominem”

  1. Senangg sekalii bisa belajarr..dari anak mudaa yang bijak…moga banyak anak bangsaa bisa seperti ini yaa..yang generasii kolonialnya mahh biarin ajaa.. udh susahh dibilangain…😁

    1. wkwkwk sayang sekali saya baru lihat ada komentar ini, Bu. :’)
      Jadi mungkin saya coba balas pun mungkin tidak pas lagi konteksnya dengan komentar ibu waktu itu. hehehe

waiting for you...